Pages

Saturday, August 20, 2011

The Culture of West Java

We have much to learn from the culture in West Java. If we feel that the culture of West Java, Indonesia is part of the country, it never hurts to know culture of West Java.

Province of West Java has an admirable philosophy, among them "Silih Asah", Silih Asih" and "Silih Asuh". Third philosophy is a philosophy of life held by indigenous people in West Java. And culture of West Java more we know is Sunda and the capital is Bandung.

The Culture of Central Java

Know the culture of Central Java may be said to know everything related to arts and culture in the entire region located in Central Java.

Central Java Province is geographically and culturally also sometimes also includes the province of Yogyakarta Special Region. Culture of Central Java has been known as the "heart" in Javanese culture.

The Culture of East Java

Many interesting things from art and culture located in the province of East Java. Many distinctive artistry that is characteristic of the culture of the region of East Java.

Province in the eastern part of Java island has a lot of uniqueness, including the culture and customs of East Java. But many of the cultures of East Java received influences from Central Java province. For example the area known as Mataraman. This indicates that the area was once the region's territory of the Sultanate of Mataram. The area is located in the former residency of Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), ex-Residency Kediri (Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek) and partially Bojonegoro.

The Culture of Banten

Know the cultural treasures of one of the provinces of Banten in Java, Indonesia. Banten Province was once part of the area of West Java Province.

Almost the majority of the population of Banten embraced Islam with the religious spirit is high. A distinctive feature of the cultural community in Banten is a martial art Pencak Silat, and Debus is already very well known as one of the traditional art belongs to Banten. Banten also has art Rudad, Umbruk, Saman Dance, Mask Dance, Dance Cokek, Dog-dog, Palingtung, and Lojor.

The Culture of Yogyakarta

Yogyakarta Province is often referred to as a cultural city. This area is very well known has a wealth of diverse cultures.

In terms of culture, Yogyakarta Province is still very thick with Javanese culture. In the daily life of art and culture as inseparable and have become part of local community life. Proven start childhood to adulthood, many people in Yogyakarta is very often seen and followed a wide range of arts and culture events in the city.

The Culture of Bali

Know better about Balinese life course also have to understand the art of the culture in this tourist island. The island is famous as the island of gods is capable manarik world attention, especially tourists.

Bali, always offers the charm. So according to many people said. Bali is a tourist paradise Indonesia, Probably yes because it should be recognized for the moment Bali is a favorite destination penghobby traveling in Indonesia. Not only is it an attractive tourist sectors in this island of the gods. It turned out that Balinese culture is also interesting to be known as the repertoire of cultural richness of Indonesia.

The Culture of Aceh

Aceh culture that became one of the provinces in Indonesia has a variety of interesting cultural arts such as dance, crafts and celebrations.

Acehnese culture is much influenced by Islamic culture. There are many types of art and culture, characterized by Islamic Acehnese such as dances, customs, handicrafts and ornaments angeka range. In the daily life of the Acehnese people are very religious. Islamic Sharia rules of coloring a lot of life in people of Aceh so that the province known as the Veranda of Mecca.

The Culture of North Sumatera

Art Traditional Culture of the Province of North Sumatra. North Sumatra has a rich repertoire of diverse cultures. Cultural areas of North Sumatra include customs, traditional arts, and local languages​​.

In North Sumatera Province, there are several tribes inhabiting the province of which are ethnic Malays, Nias tribe, Toba Batak tribe, tribal Pakpak, Karo, Simalungun, Central Tapanuli, South Tapanuli tribe consisting of Sipirok tribe, tribal Angkola, Padang Alternating, and Mandailing , however there are also newcomers such as interest Minang, Javanese and Acehnese. These newcomers bring the culture and customs of each.

The Culture of West Sumatera

West Sumatra Province has interesting cultural diversity. Cultural richness of West Sumatra include traditional dances to the customs that exist in West Sumatra.

Indonesia's cultural wealth of art originating from West Sumatra should continue to be preserved and should receive more attention by local governments in particular so that later can attract tourists. Culture West Sumatra should be introduced and promoted as part of the cultural richness of Indonesia. One of the events to promote the culture of West Sumatra is the implementation of West Sumatra Cultural Week. In addition to introducing the culture of West Sumatra province to local communities as well for tourists visiting the province.

The Culture of South Sumatera

What is the appeal of the area of South Sumatra. One is has an exciting cultural diversity. Province of thousands in Kilkenny city is a lot to save treasures of art and culture.

In addition to the potential for a fascinating tour call it the beautiful Lake Ranau, Kota Pagaralam, Musi River, which became a landmark Ampera Bridge and the island city of Palembang Kemaro. There is also a very popular traditional foods such as pempek Palembang, boiled bones, jokjok a delicious sauce, model, Tekwan, boiled catfish, berengkes and tempoyak. Province of South Sumatra also has a culture that is characteristic of this province.

The Culture of Jambi

One province in Sumatra has customs of the Malay culture is dominant. Let us know the culture of Jambi as part of the repertoire of the national culture of Indonesia.

Language areas in Jambi Province, namely the Malay language. but there are several local dialects such as such as Kerinci, Bungo-Tebo, Sarolangun, Bangko, Jambi Seberang, Child and Mixed. Especially for the people of Kerinci, there is a separate script for the local community known as the Literacy Encong.

Budaya Bengkulu - Seni Kebudayaan Daerah Bengkulu

Budaya Bengkulu - Seni Kebudayaan Daerah Bengkulu - Mengenal ragam seni budaya propinsi Bengkulu sebagai khasanah kekayaan budaya nasional Indonesia. Daerah Bengkulu memiliki kekayaan akan ragam budaya.

Dalam hal budaya bahasa, Bengkulu memiliki empat bahasa daerah yang setiap hari digunakan oleh penduduk masyarakat Bengkulu. Bahasa daerah tersebut di antaranya adalah bahasa melayu, bahasa rejang, bahasa pekal serta bahasa lembak. Ke empat bahasa inilah yang menjadi bahasa sehari-hari dari daerah propinsi Bengkulu. Sedangkan etnis di Provinsi Bengkulu berasal dari tiga rumpun suku besar yang terdiri dari Suku Rejang, Suku Serawai, Suku Melayu. Sedangkan lagu daerah yaitu Lalan Balek.

Mayoritas penduduk Bengkulu memeluk agama Islam. Kebanyakan masyarakat Bengkulu memiliki kesadaran untuk melaksanakan ibadah, sifat religius tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tak luput dari kesadaran dikalangan pemuka agama untuk membangun harmoni sosial dan hubungan intern dan antar umat beragama yang aman, damai dan saling menghargai cukup baik.

Di Propinsi Bengkulu terdapat adat dan istiadat yang cukup akrab dengan masyarakat Bengkulu, diantaranya adalah kain bersurek, yaitu kain yang bertuliskan huruf Arab gundul. Upacara adat juga mewarnai kebudayaan Bengkulu, hal ini terlihat dengan sering di jumpai upacara adat seperti sunatan rasul, upacara adat perkawinan, upacara mencukur rambut anak yang baru lahir.

Salah satu upacara tradisional yang cukup menarik dan menjadi budaya turun temurun di Bengkulu adalah upacara "TABOT". Upacara ini merupakan suatu perayaan tradisional Bengkulu yang dilaksanakan dari tanggal 1 hingga tanggal 10 Muharram untuk setiap tahunnya. Upacara ini untuk memperingati gugurnya Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad SAW oleh keluarga Yalid dari kaum Syiah, dalam peperangan di Karbala pada tahun 61 Hijriah.

Pada perayaan TABOT biasanya dilaksanakan berbagai kegiatan seperti pameran serta lomba ikan – ikan, telong – telong, tak lupa adalah kesenian tradisional lainnya yang diikuti oleh kelompok kesenian yang terdapat di daerah Provinsi Bengkulu. Upacara TABOT ini menjadi ajang hiburan bagi masyarakt Bengkulu dan menjadi salah satu kalender wisatawan tahunan.

Budaya Lampung Seni Kebudayaan Daerah Bandar Lampung

Budaya Lampung Seni Kebudayaan Daerah Bandar Lampung - Propinsi Lampung terletak di pulau Sumatera Indonesia. Lampung memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang menjadi bagian dari kekayaan kebudayaan Indonesia.

Selain memiliki potensi wisata Budaya seperti misalnya Kampung Tua di Sukau, Liwa, Kembahang, Batu Brak, Kenali, Ranau dan Krui di Lampung Barat serta Festival Sekura yang diadakan dalam seminggu setelah Idul Fitri diLampung Barat, Festival Krakatau di Bandar Lampung, Festival Teluk Stabas diLampung Barat, Festival Way Kambas di Lampung Timur. Propinsi Lampung juga telah di kenal menjadi tempat yang subur untuk pertumbuhan dunia seni dan budaya.

Ada yang menarik kalau melihat ciri khas dari orang yang berasal dari Lampung diantaranya adalah Memiliki rambut lurus dan kaku berwarna hitam, memiliki kulit berwarna putih bila terkena sinar matahari berwarna merah seperti orang koreaserta bermata sipit.

Rumah Adat Lampung
Rumah tradisional atau rumah adat yang berasal dari Lampung mempunyai kekhasan seperti rumah berbentuk panggung, atapnya terbuat dari anyaman ilalang, lebih banyak unsur kayu dikarenakan untuk menghindari serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi. Hal ini menjadikan kelebihan tersendiri dari rumah adat Lampung karena masyarakat lampung telah mengenal gempa dari jaman dahulu dan lampung terletak di pertemuan lempeng asia dan australia rumah ini disebut rumah SESAT.

Bahasa Daerah Lampung
Dalam kehidupan sehari hari masyarakat daerah Lampung yang plural menggunakan berbagai bahasa untuk berkomuniokasi sehari-harinya, ada yang menggunakan bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, bahasa Bali, bahasa Minang dan bahasa setempat yang disebut bahasa Lampung. Bahasa daerah Lampung di bagi dua bagian yaitu dialek A (API) dan O(nyo), dua dialek ini dipakai oleh orang lampung A untuk daerah pesisir dan O untuk daerah tengah. Namun sayangnya karena minimnya masyarakat Lampung yang menggunakan bahasa lampung sendiri, bahasa yang seharusnya menjadi budaya Lampung ini kian tenggelam diantara bahasa-bahasa lain, seperti bahasa pendatang dari pulau jawa. Disamping hal tersebut pihak pemerintah juga kurang begitu memperhatikan bahasa daerah Lampung, instansi pendidikan, dan kebanyakan orang tua yang ada di Lampung juga enggan berbicara bahasa daerah Lampung kepada anak-anak mereka.

Seni Musik dan Seni Tari Lampung
Propinsi Lampung memiliki beraneka ragam jenis musik dan tari, mulai dari jenis tradisional hingga modern. Salah satu jenis musik daerah Lampung yang masih bertahan sampai sekarang adalah Klasik Lampung. Sementara untuk jenis tarian yang menjadi aset budaya Provinsi Lampung adalah Tari Sembah dan Tari Melinting (saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh Penguten).

Budaya Riau Seni Kebudayaan Daerah Riau

Budaya Riau Seni Kebudayaan Daerah Riau - Dalam hal budaya Riau sangat menjaga nilai nilai tradisi kebudayaan melayu di Indonesia. Adat istiadat yang berasal dari kebudayaan Riau bisa berkembang dengan baik dengan ciri khas melayu.

Adat budaya melayu inilah yang mengatur hampir semua kegiatan dan tingkah laku masyarakat Riau dengan bersendikan syariat islam. Hampir semua penduduk Riau berasal dari suku melayu seperti suku Bugis, suku Banjar, Mandahiling, Minangkabau serta Batak. Namun tidak sedikit pula suku pendatang seperti suku Jawa dan China.

Rumah Adat Riau
Jenis rumah tradisional Daerah Riau cukup beragam, namun secara umum terdapat 5 macam rumah tradisional yang berasal dari Riau diantaranya adalah Rumah Melayu Atap Limas, Rumah Melayu Lipat Kajang, Balai Salaso Jatuh, Rumah Adat Salaso Jatuh Kembar dan Rumah Melayu Atap Lontik.

Pakaian Daerah Riau
Bagi kebanyakan orang Melayu di Riau, fungsi dari pakaian selain untuk penutup aurat, melindungi badan dari teriknya panas serta udara dingin, pakaian daerah Riau juga memiliki lambang. Lambang-lambang yang terdapat dari pakaian tersebut memiliki nilai-nilai yang luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat melayu Riau.

Lambang-lambang budaya dari pakaian daerah Riau tersebut memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting dalam kehidupan orang Riau. Ketentuan pakaian adat tersebut meliputi bentuk, corak (motif), warna, pemakaian, serta penggunaan pakaian. Ketentuan-ketentuan pakaian adat tyersebut diberlakukan untuk mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang memakainya.

Seni dan Budaya Riau
Hampir semua Seni kebudayaan daerah Riau merupakan kebudayaan melayu. Bentuk seni dan budaya yang berkembang di Raiau terdiri dari beragam budaya yang dibedakan dari faktor sosiologisnya. Kesenian melayu Riau adalah sebagai salah satu produk kebudayaan yang ada di daerah Riau. Di propinsi Riau ada beberapa bentuk kesenian seperti pertunjukan seni teater, seni tari musik, nyanyian dan juga seni sastra. Untuk seni teater terdapat banyak macamnya seperti Teater Bangsawan atau kalau di masyarakat Riau lebih di kenal dengan Wayang Persi, Berdah, Mendu, Nandai, Randai Kuantan, Surat Kapal, Berbalas Pantun, Dul Muluk, Nandung, Mak Yong, Mamanda.

Budaya Kepulauan Riau Seni Kebudayaan Daerah Kep Riau

Budaya Kepulauan Riau Seni Kebudayaan Daerah Kep Riau - Propinsi Kep Riau yang berada di pulau Sumatera ini memiliki sejarah budaya yang sangat panjang.

Provinsi Kepulauan Riau memiliki letak geografis yang sangat strategir karena berbatasan dengan negara Singapira dan berada pada jalur perdagangan internasional.
Di propinsi kep Riau memiliki kakayaan budaya yang meliputi 10 bahasa yang di jadikan alat komunikasi. Provinsi Kepulauan Riau dihuni oleh 17 suku sehingga memiliki keanekaragaman dalam hal bahasa.

Bahasa Daerah Kepulauan Riau
Bahasa Melayu Riau mempunyai sejarah yang cukup panjang, seperti yang kita ketahui bahwa pada dasarnya Bahasa Indonesia juga berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya dan Malaka

Musik Daerah Kep Riau
Musik Melayu yang berkembang di Kepulauan Riau adalah jenis musik Melayu dalam bentuk Langgam atau Senandung, musik joget Melayu, musik Zapin, Silat, Inang dll.

Tarian Daerah Kep Riau
Banyak jenis tari daerah yang ada di Kepulauan Riau. Jenis tarian yang menjadi kekayaan kebudayaan Kepulauan Riau di antaranya adalah Tari melayu. Tarian ini berkembang di daerah kabupaten dan kota yang ada di propinsi Kep Riau antara lain : Tari Zapin, Tari Melemang, Tari Dayung Sampan, Tari Topeng, Tari Zikir Barat, Tari Engku Puteri, Tari Joget Makcik Normah di pulau Panjang Batam.

Budaya Bangka Belitung Seni Kebudayaan Daerah Propinsi Bangka Belitung

Budaya Bangka Belitung Seni Kebudayaan Daerah Propinsi Bangka Belitung - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dulunya merupakan bagian dari propinsi yang ada di Sumatera Selatan. Pada tahun 2000 yang lalu Bangka Belitung menjadi propinis sendiri seperti halnya Banten dan Gorontalo.

Budaya Bangka Belitung
Banyak hal yang menarik untuk di ketahui tentang kebudayaan yang anda di Bangka Belitung. Banyak even budaya Bangka Belitung yang bisa menarik kunjungan wisatawan asing atau lokal. Dan even budaya yang terdapat di propinsi ini menjadi kekayaan seni dan budaya masyarakat Bangka Belitung. Budaya yang sudah menjadi bagian dari adat masyarakat Bangka Blitung diantaranya adalah Perang Ketupat, Buang Jong, Mandi Belimau, Ruwah, Kongian, Imlek, Sembahyang Rebut, Sembahyang Kubur, Kawin Masal, Nganggung.

Rumah adat Bangka Belitung
Rumah panggung, rumah limas dan rumah rakit merupakan rumah tradisional Bangka Belitung. Hampir sama dengan propinsi lain yang ada di Pulau Sumatera model arsitektur rumah adat Bangka Belitung berciri arsitektur Melayu.

Terdapat tiga macam ciri arsitektur rumah adat yaitu arsitektur Melayu awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Arsitektur rumah Melayu Awal berujud rumah panggung kayu dimana hampir semua bahan material yang di pakai untuk rumah ini berupa kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang banyak tumbuh dan sangat mudah diperoleh di sekitar pemukiman.

Arsitektur rumah Melayu Awal ini biasanya beratap tinggi dan sebagian atapnya miring. Saat pembangunan rumah yang berkaitan dengan tiang, masyarakat Kepulauan Bangka Belitung mengenal falsafah 9 tiang, dimana bangunan rumah yang didirikan memiliki 9 buah tiang. Tiang utama tempatnya di tengah dan didirikan pertama kali. Kemuduan atap rumah ditutup dengan daun rumbia. Sementara bagian dindingnya biasanya dibuat dari bahan pelepah/kulit kayu atau menggunakan buluh (bambu).

Seni Tradisional Bangka Belitung
Bangka Belitung memiliki alat musik khas dan juga tarian tradisional yang menjadi kekayaan seni dan kebudayaan propinsi Bangka Belitung di antaranya adalah
Dambus, Suling, Gendang Melayu, Tari Tanggai, Tari Zapin, Tari Campak, Rebana, Rudat, Tari Bahtera Bertiang Tujuh, Sekapur Sirih

Budaya Kalimantan Timur Seni Kebudayaan Daerah Kaltim

Budaya Kalimantan Timur Seni Kebudayaan Daerah Kaltim - Kalimantan Timur merupakan salah satu propinsi yang ada di Pulau Kalimantan. Secara geografis wilayah provinsi Kalimantan Timur berbatasan langsung dengan negara Malaysia Timur.

Budaya Kalimantan Timur

Suku di Kalimantan Timur
Terdapat beberapa macam suku namun yang lebih dikenal oleh masyarakat luas adalah suku Dayak. Suku lainnya yang ada di Kaltim adalah suku Kutai yang merupakan suku melayu asli yang ada di Kalimantan Timur.

Lagu Daerah Kalimantan Timur
Propinsi Kaltim memiliki bermacam-macam lagu daerah di mana tiap lagu daerah menggunakan bahasa sesuai dengan asal lagu tersebut misalnya lagu Burung Enggang menggunakan bahasa Kutai,
Lagu Sabar'ai-sabar'ai memakai bahasa Bahasa Banjar, lagu Bebilin dan lagu Andang Sigurandang menggunakan Bahasa Tidung, Lagu Ayen Sae menggunakan Bahasa Dayak dll

Tarian Tradisional daerah Kaltim
Beragam tari daerah yang menjadi kekayaan budaya Kalimantan Timur di antaranya adalah Tarian Bedewa dari suku Tidung berasal dari Kabupaten Nunukan, Tarian Iluk Bebalon dari suku Tidung berasal dari Kota Tarakan, Tarian Besyitan dari suku Tidung berasal dari daerah Kabupaten Malinau, Tarian Gantar, Ngeleway serta tari Ngerangkaw berasal dari dari Suku Dayak Benuaq

Budaya Kalimantan Selatan Seni Kebudayaan Daerah Kalsel

Budaya Kalimantan Selatan Seni Kebudayaan Daerah Kalsel - Propinsi Kalimantan Selatan memiliki kakayaan budaya yang sangat beragam. Dari seni karawitan, rumah adat, pakaian adat, lagu daerah hingga tarian tradisional daerah.

Pakaian Adat Kalimantan Selatan :
Busana Pengantin Banjar berasal dari suku Banjar. Ada beberapa jenis pakaian adat untuk busana pengantin Banjar yaitu :

Pakaian Bagajah Gamuling Baular Lulut, pakaian tradisional ini merupakan busana pengantin klasik dan sudah ada sejak pada zaman kerajaan Hindu yang ada di propinsi Kalimantan Selatan.

Busana Baamar Galung Pancar Matahari, salah satu jenis busana pengantin yang sudah ada sejak munculnya kerajaan Islam yang ada di propinis Kalimantan Selatan.

Lagu Daerah Kalimantan Selatan : Ampar-ampar Pisang, Sapu Tangan Babuncu Ampat, Paris Barantai

Pakaian Adat Kalimantan Selatan : Buisana Pengantin Bagajah Gamuling Baular Lulut, Busana Pengantin Baamar Galung Pancar Matahari, Busana Pengantin Babaju Kun Galung Pacinan, Busana Pangantin Babaju Kubaya Panjang, Pakaian Nanang serta Pakaian Galuh Banjar

Tarian Daerah Kalimantan Selatan : Tari Baksa Kambang, Tari Radap Rahayu, Tari Kuda Gepang, Tarian suku Banjar, Tarian Tandik Balian, Tari Babangsai (tarian ritual, penari wanita), Tarian Kanjar (tarian ritual, penari pria)

Budaya Kalimantan Barat Seni Kebudayaan Daerah Kalbar

Budaya Kalimantan Barat Seni Kebudayaan Daerah Kalbar - Propinsi Kalimantan Barat di kenal dengan provinsi "Seribu Sungai". Sebutan tersebut berkaitan dengan banyaknya sungai yang terdapat di Kalbar. Kekayaan kebudayaan daerah Kalimantan Barat tarian, seni tarian tradisional, alat musik dll.

Kebudayaan Kalimantan Barat

Bahasa Daerah Kalimantan Barat
Walaupun sebagian besar penduduk Kalbar menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang di gunakan sehari hari tapi di propinsi ini juga terdapat bahasa Melayu Pontianak, bahasa Melayu Sambas serta Bahasa Senganan. Propinsi Kalbar juga memiliki beragam bahasa daerah seperti Bahasa Dayak. Bahkan bahasa Dayak ini memiliki banyak dialek.

Tarian Daerah Kalimantan Barat
Memiliki jenis tarian sebagai tarian untuk penyembuhan diantaranya adalah Tari Monong, Manang atau tarian Baliatn. Konon Tarian ini berfungsi sebagai penolak atau penangkal penyakit. Tarian ini juga menjadi bagian dari upacara adat Bemanang/Balian.

Tari Pingan : Bagi masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau tari pingan merupakan tari hiburan masyarakat karena memperoleh rezeki/tuah yang diberikan oleh Tuhan.

Tari Jonggan : Bagi masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya, Mempawah, Landak Tari Jonggan merupakan tari pergaulan yang meceritakan tentang suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak.

Alat Musik Daerah Kalimantan Barat
Ada beberapa macam nama alat musik tradisional seperti Gong, Kollatung(disebut Uut Danum) dimana alat musik dibuat dari kuningan dan cara memainkannya dengan cara di pukul.

Alat musik Tawaq (sejenis Kempul) alat musik ini sering di pakai untuk mengiringi tarian tradisional masyarakat Dayak pada umumnya.

Alat Musik Sapek : Sebuah alat musik petik yang berasal dari Kabupaten Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu.

Senjata Tradisional Kalimantan Barat
Kalimantan Barat Memiliki beragam senjata tradisional di antaranya adalah Mandau, Keris, Tumbak, Sumpit, Senapang Lantak, Duhung, Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam, Lunjuk atau sejenis tumbak untuk berburu.

Budaya Kalimantan Tengah Seni Kebudayaan Daerah Kalteng

Budaya Kalimantan Tengah Seni Kebudayaan Daerah Kalteng - Dengan banyaknya jumlah suku serta bahasa daerah tentu propinsi Kalimantan memiliki beragam seni dan budaya yang menarik.

Banyak hal menarik dari kebudayaan tradisional daerah Kalimantan Tengah. Upacara adat Wadian adalah satu contoh dari kebudayaan yang berasal dari Kalteng. Wadian merupakan upacara pengobatan yang terdapat pada suku Dayak Bawo, suku Dusun, suku Maanyan, suku Lawangan, suku Benuaq serta suku Bukit. Suku-suku tersebut masih serumpun dan hidup berdampingan di sekitar daerah yang berbatasan di antara propinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Tidak hanya upacara Wadian saja yang merupakan upacara tradisional daerah Kalimantan Tengah tapi ada juga upacara adat lainnya seperti Upacara Tiwah, Wara, Balian, Potong Pantan, Mapalas serta upacara Ijambe.

Tarian Tradisional Daerah Kalimantan Tengah
Indonesia memang kaya akan kebudayaan daerah, propinsi Kalteng juga memiliki aneka seni tari daerah seperti Tarian Hugo dan Huda, tari Putri Malawen, tari Tuntung Tulus dari Barito Timur, tari Giring-giring, tari Balian Dadas serta tarian Manganjan.

Bahasa Daerah Kalimantan Tengah
Di Kalimantan Tengah terdapat bermacam-macam bahasa daerah atau bahasa lokal yang sering di pakai oleh masyarakat Kalteng sehari-hari. Bahasa-bahasa daerah tersebut di kelompokkan dalam bahasa dominan dan bahasa minoritas. Bahasa dominan meliputi : Melayu, Banjar, Ngaju, Manyan, Katingan, Bakumpai, Tamuan serta bahasa Sampit. Bahasa kelompok minoritas meliputi : Mentaya, Pembuang, Dusun Kalahien, Balai, Bulik, Mendawai, Dusun Bayan, Dayak Barean, bahasa Dayak Bara Injey, Kadoreh serta bahasa Kuhin.

Budaya Sulawesi Selatan Seni Kebudayaan Daerah Sulsel

Budaya Sulawesi Selatan Seni Kebudayaan Daerah Sulsel - Mengenal budaya propinsi Sulawesi Selatan berarti mengenal adat kebudayaan yang ada di seluruh daerah Sulawesi Selatan.

Di Sulsel terdapat Banyak suku/etnis tapi yang paling mayoritas ada 3 kelompok etnis yaitu Makassar, Bugis dan Toraja. DEmikian juga dalam pemakaian bahasa sehari-hari ke 3 etnis tersebut lebih dominan. Kebudayaan yang paling terkenal bahkan hingga ke luar negeri adalah budaya dan adat Tanah Toraja yang sangat khas dan sangat menarik.

Lagu daerah propinsi Sulawesi Selatan yang sangat populer dan sering dinyanyikan di antaranya adalah lagu yang berasal dari Makasar yaitu lagu Ma Rencong-rencong, lagu Pakarena serta lagu Anging Mamiri. Sedangkan lagu yang berasal dari etnis Bugis adalah lagu Indo Logo, serta lagu Bulu Alaina Tempe. Sedangkan lagu yang berasal dari Tana Toraja adalah lagu Tondo.

Untuk rumah tradisional atau rumah adat di propinsi Sulawesi Selatan yang berasal dari Bugis, Makassar dan Tana toraja dari segi arsitektur tradisional ke tiga daerah tersebut hampir sama bentuknya. Rumah-rumah adat tersebut dibangun di atas tiang-tiang sehingga rumah adat yang ada di sana mempunyai kolong di bawah rumahnya. Tinggi kolong rumah adat tersebut disesuaikan untuk tiap tingkatannya dengan status sosial pemilik rumah, misalnya apakah seorang raja, bangsawan, orang berpangkat atau hanya rakyat biasa.

Hampir semua masyarakat Sulsel percaya kalau selama ini penghuni pertama zaman prasejarah di Sulawesi Selatan adalah orang Toale. Hal ini di dasarkan pada temuan Fritz dan Paul Sarasin tentang orang Toale (orang-orang yang tinggal di hutan/penghuni hutan).

Salah satu upacara adat yang terkenal yang terdapat di Sulawesi Selatan ada di Tanah Toraja (Tator) Upacara adat tradisional tersebut bernama upacara Rambu Solo (merupakan upacara dukacita/kematian). Upacara Rambu Solo merupakan upacara besar sebagai ungkapan rasa dukacita yang sangat mendalam.

Seni Kebudayaan Sulawesi Selatan:

Tari : Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa,
Pakaian Daerah Sulsel : Bugis dan Makassar : Baju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu
Lagu Daerah Silawesi Slatan : Angin Mamiri, Ma Rencong,

Budaya Sulawesi Utara Seni Kebudayaan Daerah Sulut

Budaya Sulawesi Utara Seni Kebudayaan Daerah Sulut - Sulawesi Utara sebuah nama propinsi yang ada di Pulau Sulawesi negara Indonesia. Banyak hal menarik mengenai kebudayaan yang ada di Sulawesi Utara ini.

Di Propinsi Sulawesi Utara terdapat etnis/suku utama yaitu Suku Minahasa, Suku Sangihe, suku Talaud, serta Suku Bolaang Mongondow. Dari tiap tiap suku etnis tersebut memiliki bahasa serta tradisi yang bermacam macam seperti bahasa daerah, serta terdapat pula tradisi serta norma-norma kemasyarakatan yang sangat unik dan khas.

Sehingga bahasa yang di pakai sehari hari di provinsi Sulut ini terbagi dalam beberapa bahasa seperti Bahasa Minahasa ( terdiri dari bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Batik).

Bahasa daerah Sangihe Talaud ( terdiri dari bahasa Sangie Besar, Siau serta bahasa Talaud). dan Bahasa daerah Bolaang Mongondow ( terdiri dari bahasa Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang). Walaupun memiliki bermacam bahasa daerah Bahasa nasional Indonesia juga digunakan dan dimengerti dengan baik oleh sebagian besar masyarakat yang ada di Sulawesi Utara.

Seni kebudayaan Daerah Sulawesi Utara
Manado sebagai ibukota Sulawesi Utara memiliki jenis alat musik tradisional yaitu kolintang. Alat musik Kolintang ini terbuat dari bahan kayu yang berbeda-beda ukuran panjangnya. Dari ukuran ini akan menghasilkan nada-nada yang berbeda. Dan untuk memainkan sebuah lagu secara lengkap dibutuhkan sejumlah alat musik kolintang untuk menghasilkan kombinasi suara yang indah dan bagus.

Makanan Khas Daerah Sulawesi Utara
Sama seperti daerah lainnya yang ada di Indonesia, Sulawesi Utara juga memiliki makanan khas asli daerah Sulut. Makanan khas asli Sulawesi Utara yang sangat populer adalah Tinutuan atau Midal (bubur Manado). Tidak hanya bubur Manado saja, di daerah Minahasa juga terdapat makanan khas asli daerah ini dan sangat jarang ditemui di propinsi lain yang ada di Indonesia, di antaranya adalah rintek wuuk (masyarakat setempat biasa menyebut RW) atau daging anjing, daging ular serta paniki (dari daging kelelawar). Makanan khas lainnya yang berasal dari Sulawesi Utara adalah woku blanga, cakalang fufu dan sering ditemui di daerah pesisir Sulut.

Budaya Sulawesi Tengah Seni Kebudayaan Daerah Sulteng

Budaya Sulawesi Tengah Seni Kebudayaan Daerah Sulteng - Propinsi Sulteng atau Sulawesi Tengah ternyata juga memiliki kekayaan budaya yang patut di banggakan di negeri tercinta ini dan tak kalah menariknya untuk di ketahui.

Banyak sekali warisan budaya Sulawesi Tengah yang wajib di lestarikan sehingga anak cucu Indonesia lebih cinta kebudayaan Indonesia sendiri ketimbang kebudayaan asing. Banyaknya seni kebudayaan Sulawesi Tengah tentu menjadi bagian dari kebudayaan nasional Indonesia. Semua tradisi yang berkaitan dengan aspek kehidupan di Sulteng dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama mungkin merupakan salah satu warisan budaya yang tetap terpelihara hingga sekarang dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.

Di Propinsi Sulawesi Tengah banyak terdapat kelompok suku/etnis yang sekarang ini masih mendiami daerah Sulawesi Tengah. Sehingga ada beberapa perbedaan di antara etnis tersebut dan inilah yang menjadikan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat Sulteng.

Kesenian Daerah Sulawesi Tengah

Memiliki banyak alat musik tradisional dan tarian daerah yang menjadi keanekaragaman seni dan budaya di Sulawesi Tengah. Musik tradisional Sulteng memiliki instrumen seperti misalnya suling, gong serta gendang. Ketiga alat musik daerah tersebut berfungsi sebagai alat musik hiburan dan bukan sebagai bagian ritual keagamaan.

Di salah satu daerah beretnis Kaili yaitu di sekitar pantai barat - waino - alat musik tradisional sering juga ditampilkan saat ada upacara kematian. Dan kesenian daerah ini sudah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian.

Salah satu tarian daerah propinsi Sulawesi Tengah yang cukup terkenal bernama Dero yang berasal dari masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten Donggala. Tarian daerah ini khususnya sering ditampilkan saat masyarakat sedang musim panen, kadang juga untuk upacara penyambutan tamu, untuk syukuran serta untuk hari-hari besar tertentu. Tarian Dero merupakan salah satu tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tapi konon Tarian daerah ini bukan merupakan warisan leluhur setempat tetapi merupakan salah satu kebiasaan selama penjajahan bangsa jepang di Indonesia yaitu ketika terjadi Perang Dunia II.

Budaya Sulawesi Barat Seni Kebudayaan Daerah Sulawesi Barat

Budaya Sulawesi Barat Seni Kebudayaan Daerah Sulawesi Barat - Provinsi Sulawesi Barat yang terletak di Pulau Sulawesi merupakan hasil dari pemekaran provinsi Sulawesi Selatan. Banyak hal yang menarik dari kebudayaan yang ada di Sulbar ini. Menurut sejarah dulunya terdapat berberapa kerajaan dan memiliki enam bahasa daerah yang umum di pakai oleh masyarakat setempat.

Bahasa yang menjadi budaya Sulawesi Barat di antaranya bahasa Mandar, bahasa Toraja, Bugis, Makasar, Jawa serta bahasa Bali. Sedangkan mengenai suku atau etnis propinsi Sulawesi barat terdiri dari beberapa suku atau etnis yang menjadi keanekaragaman budaya di Sulawesi Barat dan juga menjadi keanekaragaman budaya indonesia, suku-suku tersebuta adalah Suku Mandar, Suku Toraja, Suku Bugis, Suku Jawa , Suku Makasar, serta suku yang lainnya.

Yuk kita kenali juga budaya yang ada di SulawesiBudaya Sulawesi Selatan Seni Kebudayaan Daerah Sulsel, Budaya Sulawesi Tengah Seni Kebudayaan Daerah Sulteng, Budaya Sulawesi Utara Seni Kebudayaan Daerah Sulut.

Dulunya masyarakat Sulbar merupakan pelaut-pelaut ulung dan Perahu Sandeq atau penduduk setempat menyebutnya lopi sandeq adalah salah satu jenis perahu layar bercadik yang sudah lama di pakai untuk melaut oleh nelayan penduduk Mandar, tapi perahu sandeq juga di gunakan sebagai alat transportasi antar pulau. Perahu ini sudah sangat terkenal dan merupakan warisan kebudayaan bahari Provinsi Sulawesi Barat .

Budaya Sulawesi Tenggara Adat Istiadat Dan Seni Tradisional Kebudayaan Daerah Sulawesi Tenggara

Budaya Sulawesi Tenggara Adat Istiadat Dan Seni Tradisional Kebudayaan Daerah Sulawesi Tenggara - Sulawesi Tenggara merupakan salah satu provinsi yang di Indonesia yang beribukotakan Kendari. Sulawesi Tenggara memiliki kebudayaan daerah yang menarik dan tentu saja unik karena berbeda dengan budaya daerah lainnya yang ada di Indonesia.

Sebagai salah satu kekayaan budaya indonesia , propinsi ini juga memiliki tradisi yang mudah mudahan saja mesih terus di lestarikan sehingga putra putri Sulawesi Tenggara di masa datang mengenal kebudayaan daerahnya sendiri.
Ada beberapa tradisi yang berasal dari Sulawesi tenggara ini dan ini mungkin menjadi bagian dari adat istiadat di masyarakat Sulawesi Tenggara. Diantara adat istiadat tersebuta adalah Tradisi Kalosara, Tradisi Karia, Layangan Tradisional "Kaghati", Tradisi Pusuo serta Pesta Adat Pakande Kandea.

Kebudayaan Daerah, Upacara Adat serta seni tradisional di Sulawesi Tenggara :

Sama seperti daerah lain yang juga memiliki nilai nilai tradisi yang kental di propinsi Sulawesi Tenggara ini juga terdapat upacara adat warisan turun temurun. Keunikan tradisi yang berupa upacara adat ini tentu layak di lestarikan demi kemajuan budaya dan wisata indonesia.

1.Upacara Adat Posuo (Masyarakat Buton Raya)
2.Upacara Adat Kabuenga, dari Kabupaten Wakatobi
3.Upacara Adat Karia, dari Wangi-wangi di Kabupaten Wakatobi
4.Upacara Adat Mataa, dari Kabupaten Buton
5.Upacara Adat Tururangiana Andala, dari Pulau Makassar di Kota Baubau
6.Upacara Adat Religi Goraana Oputa, oleh masyarakat Buton Raya
7.Upacara Adat Religi Qunua, oleh masyarakat Buton Raya
8.Upcara adat Bangka Mbule Mbule di Kabupaten Wakatobi.

Seni Tari Tradisional daerah Sulawesi Tenggara :

1.Tari Lariangi dari Kabupaten Wakatobi
2.Tari Balumpa dari Kabupaten Wakatobi
3.Tari Potong Pisang, dari Kabaena di Kabupaten Bombana
4.Tari Lulo Alu, dari Kabaena Kabupaten Bombana

Budaya Nusa Tenggara Timur Seni Kebudayaan Tradisional Daerah NTT

Budaya Nusa Tenggara Timur Seni Kebudayaan Tradisional Daerah NTT - Indonesia sangat kaya akan seni dan budaya. Kalau sebelumnya pernah di tulis tentang budaya Indonesia dari propinsi lain yang ada di Indonesia, Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari beberapa pulau seperti pulau Flores, Sumba, Timor, Alor, Lembata, Rote, Sabu, Adonara, Solor, Komodo dan Palue memiliki kebudayaan yang unik. Ibukota dari Nusa Tenggara Timur adalah di Kupang, Timor Barat.

Nusa Tenggara Timur memiliki kekayaan serta keanekaragaman seni budaya. Latar belakang dari kebudayaan masyarakat yang ada di NTT hampir sebagian besar sudah terbiasa dengan yang namanya menari atau melantunkan lagu-lagu pada saat melaksanakan upacara adat.

Seni dab Budaya Nusa Tenggara Timur :
Lagu daerah yang berasal dari propinsi NTT : Anak Kambing Saya, Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe Onana, Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Lewo Ro Piring Sina, Bengu Re Le Kaju, Aku Retang, Gaila Ruma Radha, Desaku, Flobamora, Potong Bebek Angsa

Alat Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur :
Sasando, Gong, Tambur, Juk Dawan, Gitar Lio merupakan nama-nama alat musik yang berasal dari NTT. Salah satu alat musik yang banyak di kenal masyarakat umum di Indonesia tentang alat musik yang ada di Nusa Tenggara adalah Sasando. Alat musik ini adalah sebuah alat instrumen petik musik. Asal dari Instrumen musik dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.

Upacara Adat Di Nusa Tenggara Timur :
Upacara Adat Reba dari NTT ini merupakan upacara adat yang bertujuan untuk memberikan penghormatan dan juga ucapan rasa terima kasih kepada jasa para leluhur. Upacara ini biasanya selalu diadakan setiap tahun baru tepatnya di bulan Januari atau Februari dengan hidangan utama berupa ubi.

Selama upacara adat Reba juga di iringi dengan tarian dengan penari menggenggam pedang panjang (sau) dan tongkat warna-warni yang di bagian ujungnya dihiasi bulu kambing warna putih (tuba). Upacara adat tradisional Reba ini biasanya diselenggarakan selama tiga sampai empat hari.Tentu masih banyak lagi seni dan budaya dari Nusa Tenggara Timur yang harus di lestarikan dan bisa untuk memajukan wisata indonesia

Budaya Nusa Tenggara Barat Seni Kebudayaan Tradisional Daerah NTB

Budaya Nusa Tenggara Barat Seni Kebudayaan Tradisional Daerah NTB - Kalau sebelumnya blog artikel Indonesia ini telah menulis tentang Budaya Nusa Tenggara Timur yang menjadi khasanah budaya indonesia sekarang kita lihat yuk tentang kebudayaan Nusa Tenggara Barat. Sesuai dengan namanya Nusa Tenggara Barat , provinsi ini terdiri dari bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara.

Terdapat dua pulau terbesar yang ada di provinsi ini yaitu Lombok yang terletak di bagian barat serta Sumbawa yang terletak di bagian timur. Ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat ini adalah Kota Mataram yang berada di Pulau Lombok.

Seni dan kebudayaan tradisional propinsi daerah Nusa Tenggara Barat :

Salah satu jenis tarian yang ada di NTB adalah Tari Gendang Beleq dan berasal dari Lombok, dinamakan demikian karena memakai gendang yang sangat besar. Sudah sejak dulu tarian Gendang Beleq ini dipertunjukan untuk mengiringi atau menyambut tentara yang pergi atau pulang dari medan perang.
Karena tari Gendang Beleq sebagai warisan budaya NTB maka tarian ini sering dipakai untuk menyambut tamu undangan penting sebagai suatu seni, pertunjukan tarian ini juga disebut “Tari Oncer”

Seperti layaknya masyarakat tradisional lainnya yang ada di Indonesia yang memiliki upacara adat tradisional, Di NTB juga ada yaitu Upacara U’a Pua. Biasanya upacara ini waktunya dilaksanakan bersamaan kalau ada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang juga dirangkai dengan penampilan atraksi Seni Budaya masyarakat Suku Mbojo (Bima) yang berlangsung selama 7 hari. Adapun Prosesi upacara adat U’a Pua diawali dengan perayaan karnafal atau Pawai yang di mulai dari Istana Bima yang diikuti oleh semua Laskar Kesultanan, Keluarga Istana, Group Kesenian Tradisional Bima dengan dua Penari Lenggo yang dilengkapi dengan Kelompok Penunggang Kuda (Jara Sara’u).

Kalau Anda tahu kebudayaan dari Nusa Tenggara Barat tolong di tambahkan melalui komentar ya? agar pengunjung ini juga mengetahuinya untuk menambah pengetahuan dan kecintaan terhadap kebudayaan Indonesia. Jika Anda ingin jalan jalan ke beberapa daerah yang ada di Indonesia silahkan lihat wisata Indonesia untuk mengetahui tempat wisata menarik di Indonesia.

Budaya Maluku Utara Seni Kebudayaan Tradisional Daerah Malut

Budaya Maluku Utara Seni Kebudayaan Tradisional Daerah Malut - Mari tambah wawasan dan pengetahuan tentang budaya indonesia . Kali ini kita cari tahu yuk seni budaya Propinsi Maluku Utara. Di dunia internasional Maluku banyak di kenal dengan sebutan Moluccas.

Di Provinsi Malut (maluku Utara) terdapat beberapa pulau di Kepulauan Maluku. Ibukotanya terletak di Sofifi, Kecamatan Oba Utara, namun sudah sejak 4 Agustus 2010 menggantikan kota terbesarnya, Ternate yang berfungsi sebagai ibukota sementara selama 11 tahun untuk menunggu kesiapan infrastruktur.

Seni dan Budaya Maluku Utara :
Ada sebuah tarian tradisional asli Maluku utara yaitu tari Cakalele . Tarian Cakalele biasanya melibatkan banyak penari dan biasanya dimainkan oleh kurang lebih 30 laki-laki dan perempuan. Sebagai perlengkapannya untuk tari Cakalele Para penari pria biasanya memakai parang serta salawaku sedangkan dari pihak penari wanita menggunakan lenso atau sapu tangan. Kesenian dan tari Cakelele ini merupakan tarian tradisional khas dari Maluku.

Untuk menumbuhkan kecintaan budaya dari Maluku Utara ini rencananya setiap tahunnya akan di adakan acara Festival Legu Gam yaitu acara pesta rakyat yang rencananya akan digelar setiap tahun oleh Kesultanan Ternate. Perayaan acara Festival tahunan ini diselenggarakan sekaligus untuk memperingati merayakan ulang tahun dari Sultan Ternate Mudafar Syah.

Tujuan Kegiatan vestifal ini untuk lebih memperlihatkan kesenian dan budaya yang ada di masyarakat Ternate dan juga untuk menarik wisatawan agar datang ke Maluku Utara. Rencananya ada berbagai atraksi seni budaya , tari-tarian daerah, seni Malut, juga ada pameran budaya.

Dalam pesta budaya tersebuty akan di tonjolkan Tarian Legu yang biasanya dipentaskan dalam tiga acara. Menurut legenda masyarakat setempat, tarian Legu ini menjadi simbol dari turunnya burung berkepala dua (Goheba) yang menjadi simbol kesultanan Moloku Kie Raha (Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan).

Sedangkan para penari yang memainkannya adalah kaum perempuan yang bukan berasal dari keluarga Sultan. Pada saat tarian Legu dipentaskan, Sang Sultan tidak diperbolehkan berdiri sebelum berakhirnya Tarian Legu.

Budaya Gorontalo Seni Kebudayaan Tradisional Daerah Gorontalo

Budaya Gorontalo Seni Kebudayaan Tradisional Daerah Gorontalo - Gorontalo merupakan salah satu propinsi yang berdiri belakangan. Gorontalo adalah provinsi yang ke-32 di Indonesia. Sebelum jadi propinsi Gorontalo merupakan sebuah daerah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya Gorontalo yang ada di Sulawesi Utara. Sekarang ayo kita lihat seni dan budaya Gorontalo sebagai bagian kekayaan dari keanekaragaman budaya indonesia.

Letak Gorontalo ada di Pulau Sulawesi.
Salah satu keunikan dari kebudayaan Indonesia adalah memiliki banyak bahasa daerah yang di pakai untuk berkomunikasi sehari-hari. Lalu bahasa apa yang di pakai oleh Masyarakat Gorontalo? Walaupun ada banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya terdapat tiga bahasa, yaitu bahasa Gorontalo, bahasa Suwawa serta bahasa Atinggola. Sekarang ini bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh bahasa Indonesia, sehingga kemurnian atau keaslian bahasanya sangat sulit diperoleh di Gorontalo.

Pernikahan Adat Gorontalo
Pernikahan merupakan salah satu keunikan tersendiri dan tentu saja memiliki ciri khas tersendiri di Gorontalo. Hampir semua penduduk Provinsi Gorontalo seluruhnya memeluk agama Islam, sehingga turut mempengaruhi budaya yang ada di Provinsi ini, dan sudah tentu adat istiadatnya yang ada di Goronltalo juga sangat menjunjung tinggi kaidah-kaidah ajaran agama Islam.

Di Gorontalo ini ada semboyan yang selalu dipegang oleh masyarakat setempat yaitu, "Adati hula hula Sareati – Sareati hula hula to Kitabullah". Apa artinya? Adat Bersendikan Syara, Syara Bersendikan Kitabullah. Pengaruh agama Islam sudah menjadi hukum tidak tertulis di Gorontalo sehingga hampir segala kehidupan masyarakat yang ada di Gorontalo mengandung nilai nilai Islam.

Termasuk di antaranya adalah dalam hal pernikahan. Adat pernikahan yang ada di Gorontalo yang sangat bernuansa Islami. Upacara Prosesi pernikahan dilaksanakan menurut Upacara adat yang sesuai tahapan atau Lenggota Lo Nikah. Tahapan yang pertama biasa disebut dengan Mopoloduwo Rahasia, yaitu dimana orang tua dari pria mendatangi kediaman orang tua sang wanita untuk memperoleh restu pernikahan anak mereka. Apabila masing-masing orang tua menyetujui, maka baru ditentukan waktu untuk melangsungkan peminangan atau Tolobalango.

Macam Macam Tarian Di Indonesia Seni Tari Tradisional Daerah Dan Asalnya

Macam Macam Tarian Di Indonesia Seni Tari Tradisional Daerah Dan Asalnya - Bangga menjadi warga Indonesia yang memiliki kekayaan budaya dari Sabang sampai Merauke. Bermacam-macam budaya Indonesia tentu patut di promosikan ke luar negeri bersamaan dengan wisata Indonesia yang memang sangat indah. Yuk kita kenal macam macam seni dan budaya yang ada di tanah air.
1. Tari Gantar
Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya.
Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
Tari Perang


2. Tari Kancet Papatai / Tari Perang
Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari.
Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.


Tari Kancet Ledo

3. Tari Kancet Ledo / Tari Gong
Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin.
Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.

4. Tari Kancet Lasan
Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.

5.Tari Leleng
Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.
Tari Hudoq

6. Tari Hudoq
Tarian ini dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.

7. Tari Hudoq Kita'
Tarian dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok anatara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.

8. Tari Serumpai
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).
Tari Belian Bawo


9. Tari Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.

10. Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.

11. Tari Pecuk Kina
Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.

12. Tari Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.

13. Tari Ngerangkau
Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.

14. Tari Baraga' Bagantar
Awalnya Baraga' Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.


Seni tari suku Kutai dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni Seni Tari Rakyat dan Seni Tari Klasik.
Seni Tari Rakyat
Merupakan kreasi artistik yang timbul ditengah-tengah masyarakat umum. Gerakan tarian rakyat ini menggabungkan unsur-unsur tarian yang ada pada tarian suku yang mendiami daerah pantai.
Yang termasuk dalam Seni Tari Rakyat adalah:

1. Tari Jepen
Jepen adalah kesenian rakyat Kutai yang dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Islam. Kesenian ini sangat populer di kalangan rakyat yang menetap di pesisir sungai Mahakam maupun di daerah pantai.
Tarian pergaulan ini biasanya ditarikan berpasang-pasangan, tetapi dapat pula ditarikan secara tunggal. Tari Jepen ini diiringi oleh sebuah nyanyian dan irama musik khas Kutai yang disebut dengan Tingkilan. Alat musiknya terdiri dari gambus (sejenis gitar berdawai 6) dan ketipung (semacam kendang kecil).
Karena populernya kesenian ini, hampir di setiap kecamatan terdapat grup-grup Jepen sekaligus Tingkilan yang masing-masing memiliki gayanya sendiri-sendiri, sehingga tari ini berkembang pesat dengan munculnya kreasi-kreasi baru seperti Tari Jepen Tungku, Tari Jepen Gelombang, Tari Jepen 29, Tari Jepen Sidabil dan Tari Jepen Tali.
Seni Tari Klasik
Merupakan tarian yang tumbuh dan berkembang di kalangan Kraton Kutai Kartanegara pada masa lampau.
Yang termasuk dalam Seni Tari Klasik Kutai adalah:

1. Tari Persembahan
Dahulu tarian ini adalah tarian wanita kraton Kutai Kartanegara, namun akhirnya tarian ini boleh ditarikan siapa saja. Tarian yang diiringi musik gamelan ini khusus dipersembahkan kepada tamu-tamu yang datang berkunjung ke Kutai dalam suatu upacara resmi. Penari tidak terbatas jumlahnya, makin banyak penarinya dianggap bagus.
Tari Ganjur


2. Tari Ganjur
Tari Ganjur merupakan tarian pria istana yang ditarikan secara berpasangan dengan menggunakan alat yang bernama Ganjur (gada yang terbuat dari kain dan memiliki tangkai untuk memegang). Tarian ini diiringi oleh musik gamelan dan ditarikan pada upacara penobatan raja, pesta perkawinan, penyambutan tamu kerajaan, kelahiran dan khitanan keluarga kerajaan. Tarian ini banyak mendapat pengaruh dari unsur-unsur gerak tari Jawa (gaya Yogya dan Solo).

3. Tari Kanjar
Tarian ini tidak jauh berbeda dengan Tari Ganjur, hanya saja tarian ini ditarikan oleh pria dan wanita dan gerakannya sedikit lebih lincah. Komposisi tariannya agak lebih bebas dan tidak terlalu ketat dengan suatu pola, sehingga tarian ini dapat disamakan seperti tari pergaulan. Tari Kanjar dalam penyajiannya biasanya didahului oleh Tari Persembahan, karena tarian ini juga untuk menghormati tamu dan termasuk sebagai tari pergaulan.

4. Tari Topeng Kutai
Tari ini asal mulanya memiliki hubungan dengan seni tari dalam Kerajaan Singosari dan Kediri, namun gerak tari dan irama gamelan yang mengiringinya sedikit berbeda dengan yang terdapat di Kerajaan Singosari dan Kediri. Sedangkan cerita yang dibawakan dalam tarian ini tidak begitu banyak perbedaannya, demikian pula dengan kostum penarinya.
Tari Topeng Kutai terbagi dalam beberapa jenis sebagai berikut:
01. Penembe
02. Kemindhu
03. Patih
04. Temenggung
05. Kelana
06. Wirun
07. Gunung Sari
08. Panji
09. Rangga
10. Togoq
11. Bota
12. Tembam
Tari Dewa Memanah

Tari Topeng Kutai hanya disajikan untuk kalangan kraton saja, sebagai hiburan keluarga dengan penari-penari tertentu. Tarian ini juga biasanya dipersembahkan pada acara penobatan raja, perkawinan, kelahiran dan penyambutan tamu kraton.

5. Tari Dewa Memanah
Tarian ini dilakukan oleh kepala Ponggawa dengan mempergunakan sebuah busur dan anak panah yang berujung lima. Ponggawa mengelilingi tempat upacara diadakan sambil mengayunkan panah dan busurnya keatas dan kebawah, disertai pula dengan bememang (membaca mantra) yang isinya meminta pada dewa agar dewa-dewa mengusir roh-roh jahat, dan meminta ketentraman, kesuburan, kesejahteraan untuk rakyat.

Budaya Papua Seni Kebudayaan Tradisional Daerah Papua Indonesia

Budaya Papua Seni Kebudayaan Tradisional Daerah Papua Indonesia - Provinsi Papua yang terletak di ujung timur negara Indonesia memiliki banyak kebudayaan yang unik dan menarik. Yuk, kita kenal kebudayaan Papua sebagai salah satu kekayaan budaya indonesia seperti alat musik tradisionalnya, Tarian Tradisional dan kesenian lainnya yang terdapat di Papua. Baca juga tempat wisata di Papua

Seni dan Budaya Papua Indonesia

Alat Musik Tradisional Papua
Ada Salah satu nama alat musik tradisional yang paling terkenal yang berasal dari Papua yaitu Tifa. Alat musik Tifa merupakan alat musik tradisional yang berasal dari daerah maluku serta papua. Bentuknya alat musik Tifa mirip gendang dan cara memainkannya Tifa adalah dengan cara dipukul. Alat musik Tifa terbuat dari bahan sebatang kayu yang isinya sudah dikosongkan serta pada salah satu ujungnya ditutup dengan menggunakan kulit hewan rusa yang terlebih dulu dikeringkan. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan indah. Alat musik ini sering di mainkan sebagai istrumen musik tradisional dan sering juga dimainkan untuk mengiringi tarian tradisional, seperti Tarian perang, Tarian tradisional asmat,dan Tarian gatsi.

Tarian Tradisional Daerah Papua
Terdapat berbagai macam tari-tarian dan mereka biasa menyebutnya dengan Yosim Pancar (YOSPAN). Di dalam tarian ini terdapat aneka bentuk gerak tarian seperti tari Gale-gale, tari Pacul Tiga, tari Seka, Tari Sajojo, tari Balada serta tari Cendrawasih. Tarian tradisional Papua ini sering di mainkan dalam berbagai kesempatan seperti untuk penyambutan tamu terhormat, penyambutan para turis asing yang datang ke Papua serta dimainkan adalah dalam upacara adat.

Pakaian Adat Tradisional Papua
Pakaian adat Papua untuk pria dan wanita hampir sama bentuknya. Pakaian adat tersebuta memakai hiasan-hiasan seperti hiasan kepala berupa burung cendrawasih, gelang, kalung, dan ikat pinggang dari manik-manik, serta rumbai-rumbai pada pergelangan kaki.

Rumah Adat Papua
Nama rumah asli Papua adalah Honai yaitu rumah khas asli Papua yang dihuni oleh Suku Dani. Bahan untuk membuat rumah Honai dari kayu dengan dan atapnya berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Rumah tradisional Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak berjendela. Umumnya rumah Honai terdiri dari 2 lantai yang terdiri dari lantai pertama untuk tempat tidur sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat untuk bersantai, makan, serta untuk mengerjakan kerajinan tangan.

Kebudayaan Unik Menarik Khas Di Indonesia

Kebudayaan Unik Menarik Khas Di Indonesia - Banyak sekali kebudayaan yang sangat unik dan menarik dari Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan banyak provinsi dari Sabang hingga Merauke, Negara tercinta Indonesia patut bangga dengan keanekaragaman seni dan budaya yang tersebar di setiap daerah dan provinsi. Tapi anehnya, sebagai anak bangsa kadang kita tidak mengetahui dan kadang melupakan kebudayaan sendiri, sementara orang luar negeri malah tertarik dengan kebudayaan Indonesia yang unik, menarik dan khas.
Sekarang kita cari tahu yuk daftar kebudayaan Indonesia yang unik. Berikut ini sebagian seni dan budaya di Indonesia yang termasuk unik, dan bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita untuk lebih mengenal kebudayaan sendiri.

-Upacara Tabuik Sumatera Barat

Upacara tabuik Sumatra barat termasuk satu dari sekian banyak keunikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Kata ‘tabut’ sendiri asalnya dari bahasa Arab artinya adalah mengarak, upacara Tabuik ini merupakan salah satu tradisi bagi masyarakat yang ada di pantai barat, provinsi Sumatera Barat. Upacara Tabuik sudah diselenggarakan secara turun menurun. Upacara Tabuik ini sering diadakan pada hari Asura yang jatuh pada setiap tanggal 10 Muharram, bulan penanggalan Islam.

Upacara Tabuik ini merupakan simbol dan sebagai bentuk ekspresi warga sebagai rasa duka yang sangat dalam dan juga rasa hormat dari umat Islam yang ada di Pariaman kepada cucu Nabi Muhammad SAW. Setiap penyelenggaraan upacara Tabuik sangat meriah sehingga Pemda setempat pun memasukkan upacara menarik Tabuik ini ke dalam agenda wisata di Sumatera Barat dan diselenggarakan setiap tahun.


-Makepung, Balap Kerbau Masyarakat Bali.

Umumnya masyarakat Indonesia lebih mengenal karapan sapi yang berasal dari Madura. Sedangkan di Bali ada juga upacara Makepung. Kalau di Madura menggunakan hewan sapi, sedangkan Makepung menggunakan kerbau. Tradisi Makepung ini awalnya merupakan permainan bagi para petani yang dikerjakan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Waktu itu para petani ini saling beradu cepat dengan memacu kerbau yang sudah dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.

Karena kegiatan ini sangat menarik dan di sukai banyak warga, kini upacara Makepung sudah menjadi satu bagian budaya Bali yang sangat unik dan banyak menarik minat wisatawan asing. Dan sekarang ini lomba pacu kerbau inipun telah menjadi agenda tahunan wisata di daerah Bali dan sudah dikelola secara profesional.

-Atraksi Debus Banten

Kalu atraksi debus yang berasal dari Banten ini, pastinya juga sudah di kenal luas, karena memang debus manjadi salah satu seni dan budaya dari Banten yang sangat khas dan menarik dan tentu saja unik sekali. Atraksi debus merupakan atraksi yang sangat berbahaya sekali, dan konon kesenian debus ini berasal dari daerah al Madad. Perkembangan selanjutnya seni bela diri debus ini makin tumbuh besar disemua kalangan masyarakat yang ada di Banten dan menjadi seni hiburan untuk masyarakat setempat.

-Karapan sapi Masyarakat Madura Jawa Timur

Karapan sapi Madura merupakan perlombaan pacuan sapi dari Madura, Jawa Timur. Karapan sapi menjadi salah satu kebudayaan indonesia yang unik dan berasa dari madura. Setiap kali karapan sapi di adakan para penonton tidak cuma disuguhi atraksi adu cepat sapi serta kelihaian para joki yang mengendalikannya, tetapi sebelum di lansungkan karapan sapi, para pemilik biasanya akan melakukan ritual berupa arak-arakan sapi disekelilingi pacuan dan disertai dengan alat musik seronen yaitu perpaduan alat musik khas Madura.

Untuk jarak rute yang di pakai untuk lintasan karapan sapi panjangnya antara 180 meter hingga 200 meter, dan untuk jarak tersebut dapat ditempuh dalam waktu 14 detik sd 18 detik. Agar sapi bisa melaju kencang pada pangkal ekor sapi dipasangi sabuk penuh dengan paku yang sangat tajam. Joki akan melecutkan cambuknya yang sudah diberi dengan duri tajam kearah bokong sapi. Cara ini memang tergolong kejam, tapi akan membuat sapi berlari dengan lebih kencang. Akibatnya tentu akan menimbulkan luka disekitar pantat sapi.

-Upacara Kasada Bromo

Bromo menyimpan banyak keindahan, di sini juga ada kebudayaan unik berupa upacara Kasada Bromo. Upacara ini dilakukan oleh warga masyarakat Tengger yang tinggal di Gunung Bromo Jawa Timur. Masyarakt setempat melakukan ritual Kasada Bromo ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dalam bahasa setempat di sebut dukun.

Sebelum pelaksanaan upacara Kasada Bromo ini dimulai, mereka mempersiapkan aneka sesaji dan nantinya akan dilempar ke dalam Kawah Gunung Bromo. Pada waktu malam yang ke 14 di bulan Kasada, warga masyarakat yang ada di Tengger akan berbondong bondong dan membawa ongkek yang isinya adalah sesaji hasil dari pertanian dan ternak. Kemudian mereka akan membawanya sesaji tersebut ke Pura. Sementara menunggu kedatangan Dukun sepuh yang dihormati, mereka menghafal dan melafalkan mantera-mantra, dan pada waktu tepat tengah malam diadakanlah upacara pelantikan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo.

Kebudayaan indonesia, budaya indonesia yang unik, kebudayaan unik khas indonesia, kebudayaan yang menarik di indonesia, budaya indonesia yang menarik dan khas.

Keistimewaan Yogyakarta Sejarah Propinsi DIY Daerah Istimewa Yogyakarta

Keistimewaan Yogyakarta Sejarah Propinsi DIY Daerah Istimewa Yogyakarta - Daerah Yogyakarta merupakan salah satu propinsi Indonesia yang memiliki keistimewaan seperti halnya Daerah Istimewa Aceh di pulau Sumatera.

Artikel sumber dari Kompas.com Keistimewaan Yogyakarta tidak patut dipertanyakan lagi. Pemerintah pusat juga tidak sepatutnya menyebut Keraton Yogyakarta sebagai bagian dari monarki. ”Mereka yang mempertanyakan keistimewaan Yogyakarta tidak mengerti sejarah dan sumbangsih Yogyakarta,” kata sosiolog Hotman Siahaan dari Unair Surabaya, Senin (29/11/2010).

Menurut Hotman, menilai sistem pemerintahan di Provinsi DIY bersifat monarki jelas salah alamat. Kalau toh ada anggapan monarki, istilah itu dalam konteks simbolisasi kultural Jawa. Monarki itu jelas bukan monarki politik.

”Pemerintahan di Yogyakarta menerapkan semua prinsip demokrasi dan administrasinya seperti halnya provinsi lain. Karena itu, tidak tepat jika Presiden tidak segera mengesahkan keistimewaan Yogyakarta.”

Senada dengan Hotman, pakar hukum tata negara UAJY Hestu Cipto Handoyo menilai Amanat 5 September 1945 menguatkan status keistimewaan DIY dari sisi hukum dan historis.

Mayoritas fraksi di DPR pun menyepakati penetapan Sultan HB dan Paku Alam sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DIY. Selain diinginkan rakyat, konstitusi juga telah menjamin keistimewaan sebuah daerah sehingga penetapan Sultan dan Paku Alam sebagai kepala daerah bukanlah bentuk monarki politik.

Anggota Komisi II dari F-PDIP Arif Wibowo di Jakarta menyatakan, keistimewaan sebuah daerah sudah dijamin dalam konstitusi, tepatnya dalam Pasal 18 UUD 1945.

Sekretaris F-PAN Teguh Juwarno menambahkan, Pemprov DIY tidak menganut sistem monarki. Kedudukan Gubernur dan Wagub DIY sama persis dengan gubernur-wagub di daerah lain.

Sementara anggota Komisi II dari F-Partai Golkar Idrus Marhan mengatakan, seharusnya DIY tetap tunduk pada UU Pemerintahan Daerah, dan gubernur-wagub ditetapkan melalui pemilihan langsung dalam pilkada. ”Saya setuju dengan keistimewaan Yogya. Tetapi keistimewaannya itu pada budaya, bukan pada tata kelola pemerintahan,” katanya.

Namun, mantan anggota Komisi II DPR dari F-Partai Golkar, Ferry Mursyidan Baldan, mengatakan keistimewaan Yogyakarta tidak boleh dihilangkan.

Sebelumnya, beberapa media memberitakan, terkait penyusunan Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK) DIY, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada saat membuka rapat kabinet terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (26/11/2010), menyatakan, nilai-nilai demokrasi tidak boleh diabaikan. Oleh karena itu, tidak boleh ada sistem monarki yang bertabrakan, baik dengan konstitusi maupun dengan nilai-nilai demokrasi.

Pemerintah pusat harus menjamin status keistimewaan bagi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tetap dipertahankan. Jaminan itu penting sejalan dengan kian dekatnya masa jabatan periode kedua Gubernur DIY dan Wakil Gubernur DIY, yang dijabat Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam IX, yang berakhir pada 9 Oktober 2008.

Pemerintah pusat juga menjanjikan perpanjangan masa jabatan gubernur dan wagub sampai undang-undang (UU) yang mengatur keistimewaan DIY secara detail selesai. Minggu (28/9), anggota DPRD DIY, Heru Wahyukismoyo, menyebutkan, pemilihan kepala daerah secara langsung sebenarnya tak sejalan dengan Sila IV Pancasila, yakni musyawarah dan mufakat sebagai amanat demokrasi Pancasila. Jadi, jika gubernur-wakil gubernur DIY tak dipilih secara langsung, bukan pelanggaran atas konstitusi. ”Turbulensi politik ini akibat reformasi konstitusi yang tidak konsisten dengan akar kebangsaan,” katanya.

Guru besar sejarah Universitas Gadjah Mada, Joko Suryo, menuturkan, salah satu sisi yang harus menjadi pertimbangan penting dalam pembahasan keistimewaan DIY adalah konteks sejarah yang melatarbelakanginya. ”Hanya dengan menilik sejarah berdirinya Keraton Yogyakarta dan penggabungannya ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kita akan bisa mendapat gambaran lengkap tentang makna keistimewaan DIY itu,” ujarnya.

Dari segi kesejarahan, Joko mengatakan, Kesultanan Yogyakarta ada lebih dahulu dibandingkan NKRI. Pada masa kolonial, sultan diakui otoritasnya sebagai penguasa wilayah Yogyakarta. ”Ini berbeda dengan kekuasaan monarki lainnya di Nusantara yang setelah ditaklukkan langsung dihapuskan Belanda,” katanya.

Hal itu, kata Joko, tak terlepas dari ikatan kuat antara sultan sebagai pengayom dan rakyat sebagai kawulanya. ”Berdasarkan pertimbangan penasihat pemerintahan kolonial saat itu, penghapusan kesultanan justru akan berpotensi besar menimbulkan gejolak di masyarakat,” katanya. Hal serupa juga berlanjut pada masa penjajahan Jepang ketika Kesultanan Yogyakarta berstatus daerah istimewa yang memiliki pemerintahan otonom.

Selo Soemardjan dalam bukunya, Perubahan Sosial di Yogyakarta, pun menjelaskan, ketika Jepang datang menggantikan Belanda untuk menjajah negara ini tahun 1942, Sultan Hamengku Buwono (HB) IX meminta agar diperbolehkan memerintah rakyat Yogyakarta secara langsung, tidak melalui pepatih dalem. Jepang meluluskan permintaan itu, bahkan melantik untuk kedua kalinya Raja Keraton Yogyakarta HB IX agar kokoh kedudukannya. Jepang memberi istilah Koti atau Daerah Istimewa Yogyakarta untuk diperintah HB IX.

Ikatan kuat antara raja dan rakyat itu, kata Joko, terus berlangsung hingga zaman modern. Salah satu yang menonjol adalah pada masa kepemimpinan HB IX, yang dinilai sebagai pemimpin yang benar-benar menunjukkan karakter kerakyatannya.

Mengenai konteks keistimewaan pada masa kemerdekaan, Joko melihat hal itu jelas tercantum dalam Amanat 5 September 1945 yang dikeluarkan HB IX dan Paku Alam (PA) VIII. Amanat itu menyatakan penggabungan diri Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman ke dalam NKRI dengan status daerah istimewa yang memiliki kekuasaan penuh untuk mengatur wilayahnya.

Amanat itu dijawab Presiden Soekarno dengan menyerahkan Piagam Kedudukan kepada HB IX dan PA VIII sebagai tanda persetujuannya pada 6 September 1945 (tertanggal 19 Agustus 1945). Hal itu juga tercantum dalam Pasal 18 UUD 1945, sebelum perubahan, yang menyatakan, negara menghormati daerah yang memiliki status istimewa.

Dari tinjauan ini, Joko menilai, secara historis, sosiologis, dan politis, pemerintahan di bawah kepemimpinan sultan adalah sistem yang paling tepat bagi Yogyakarta. ”Pemerintahan sultan menciptakan stabilitas bagi masyarakat Yogyakarta. Kalau sistem itu diganti, justru bisa menyebabkan instabilitas,” katanya.

Ketua Senat Akademik UGM Sutaryo mengatakan, tak bisa dimungkiri, ruh keistimewaan DIY adalah kepemimpinan sultan sebagai kepala daerah. ”Tanpa itu, keistimewaan tidak ada maknanya,” katanya. Ketua DPRD DIY Djuwarto berharap pemerintah pusat segera mengesahkan perpanjangan jabatan gubernur sebelum masa jabatan Sultan HB X habis. ”Hal ini untuk menghindari vakum kekuasaan di DIY,” katanya.

Mengenai Rancangan Undang- Undang Keistimewaan DIY, Djuwarto mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir karena Komisi II DPR berjanji akan membuka ruang sebesar-besarnya bagi aspirasi masyarakat Yogyakarta.

Batik Indonesia 2011 Sejarah Baik Indonesia

Batik Indonesia 2011 Sejarah Baik Indonesia - Batik dari Indonesia kini semakin populer dan makin berkibar di dunia. Bagaimana perkembangan batik indonesia untuk tahun 2011 ini? Adalah KJRI Hamburg sudah mempromosikan batik dari Indonesia di negara Jerman. Dan kabar baiknya banyak sekali orang dari Jerman menyukai batik dari Indonesia.
Sejarah Batik Indonesia
Sejarah adanya batik di Indonesia memang sudah sangat lama, Dan berbicara sejarah Batik di Indonesia, batik Indonesia berasal sejak dari zaman nenek moyang kita yaitu sejak pada abad XVII. Kala itu batik ditulis dan dilukis pada sehelai daun lontar. Dan pada waktu itu pemilihan motif atau pola batik masih sebatas pada motif bentuk Binatang serta motif Tanaman. Dan seiring dengan perkembangan sejarah batik di Indonesia lambat laun batik mengalami perkembangan. Yang mula-mula hanya bermotif corak-corak seperti lukisan binatang dan lukisan tanaman lambat laun bergeser pada motif yang sifatnya abstrak seperti motif awan, relief candi, wayang beber dll. Pada sejarah perkembangan batik Indonesia selanjutnya mulai ada penggabungan motif corak lukisan dengan seni dekorasi Pakaian, hingga muncul beragam Seni batik tulis seperti ada sekarang.

Batik sebagai salah satu warisan Budaya Indonesia makin mendapat tempat masyarakat dunia. Dari KJRI Hamburg Jerman pada hari Kamis tanggal 23 Juni 2011 telah menyelenggarakan sebuah acara untuk pengenalan dan demo untuk batik Indonesia dengan acara tema "The Beauty of Batik: An Indonesian Heritage". Acara ini diselenggarakan di Wisma Konjen RI Hamburg, Jerman.

Pada acara pengenalan dan demo batik tersebut telah dihadiri sebanyak 25 tamu undangan antara lain yang berasal dari Konjen AS, India, Yunani, Venezuela, China, Mesir, serta para spouse yang berasal dari beberapa kepala perwakilan asing yang ada di Hamburg yang telah tergabung dalam Consular Women Club, Dir. Hublu Kadun Hamburg, pengusaha, dan sejumlah media internasional.

Pada acara tersebut Konjen RI Hamburg M. Estella Anwar Bey memberikan sambutan bahwa tujuan diselenggarakannya acara tersebut adalah untuk memperkenalkan dan meningkatkan tentang pengetahuan untuk para tamu undangan yang hadir mengenai batik. Batik adalah salah satu produk tekstil asli yang berasal dari Indonesia yang cara pembuatannya memakai sentuhan budaya tradisional indonesia .

"Batik Indonesia yang berasal dari beberapa daerah yang ada di Indonesia dapat dikenal melalui warna dan coraknya. Pada setiap corak yang terdapat pada kain batik dari daerah Indonesia memiliki arti yang berbeda. Sekarang ini batik Indonesia telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia Dari Indonesia ," tuturnya.

Pada acara promosi dan demo batik yang di selenggarakan di Hamburg Jerman tersebut dikemas dalam waktu 2 jam. Acara tersebut dipandu oleh Frau Annegret Haake, beliau adalah seorang pakar yang mengerti batik dan berkebangsaan Jerman. Sudah sejak tahun 1970 Frau Annegret Haake telah menekuni dan mempelajari batik Indonesia dan menulis beberapa buku mengenai batik Indonesia diantaranya adalah "Javanische Batik : Methode – Symbolik - Geschichte".

Dalam acara tersebut terbagi dalam tiga sesi acara, diantaranya adalah pemutaran film mengenai produksi batik Indonesia yang berjudul "Indonesian Batik : A Living Art, Local Tradition and National Pride", kemudian presentasi mengenai penjelasan dan sejarah batik di Indonesia, jenis dan corak batik, serta praktek bagaimana cara pembuatan batik dengan menggunakan teknik canting dan cara pencelupan kain dengan pemakaian bahan malam sebagai bahan untuk menahan bahan pewarna di kain.

Sunday, August 14, 2011

Introducing of Batik












Batik is one way of making fabric. Besides batik can refer to two things.The first is the technique of coloring cloth using the night to prevent staining part of the fabric. In the international literature, this technique is known as a wax-resist dyeing. The second notion is the fabric or clothing made with these techniques, including the use of certain motifs that have uniqueness. Batik Indonesia, as the overall engineering, technology, and development-related motives and culture, UNESCO has been designated a Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity since October 2, 2009.



Etymology

The word "batik" is derived from the combination of two words in Javanese: "amba", meaning "write" and "titik" which means "point".  

History of batik technique
Batik textiles from Niya (Tarim Basin), China
Detail carving of cloth worn Prajnaparamita, statues that come from East Java, the 13th century. Carving patterns intricate flowers are similar to traditional Javanese batik pattern now.

Art coloring coloring fabric with prevention techniques using night is one of the ancient art form. The discovery in Egypt show that this technique has been known since the 4th century BC, with the discovery mummy wrapping cloth which is also coated the night to form a pattern. In Asia, a similar technique of batik is also applied in China during the T'ang Dynasty (618-907) as well as in India and Japan during the Nara period (645-794). In Africa, such as batik technique known by the Yoruba tribe in Nigeria, as well as the Soninke and Wolof tribe in Senegal. In Indonesia, batik is believed to have existed since the time of Majapahit, and became very popular late eighteenth century or early nineteenth century. Produced batik batik is it all until the early twentieth century and the new stamp batik known after World War I or around the 1920's.

Although the word "batik" comes from the Javanese, the presence of batik in Java itself was not recorded. G.P. Rouffaer argues that the batik technique is likely introduced from India or Sri Lanka in the 6th century or the 7th. On the other hand, J.L.A. Brandes (Dutch Archaeologist) and F.A. Sutjipto (Indonesian Archaeologist) believe that the tradition of batik is a native of the area such as the Toraja, Flores, Halmahera and Papua. It should be noted that the region is not an area that is influenced by Hinduism but it is known to have ancient tradition of batik making.

G.P. Rouffaer gringsing also reported that the pattern has been known since the 12th century in Kediri, East Java. He concluded that this pattern can only be formed by using a canting, so he argues that the canting is found in Java in the period surrounding it. Detailed carvings that resemble batik cloth worn by the Prajnaparamita, the goddess of wisdom Buddhist statues from East Java century -13. Detailed patterns of clothing featuring vines and intricate flowers that are similar to traditional Javanese batik pattern that can be found now. This suggests that creating an intricate batik patterns that can only be made with a canting has been known in Java since the 13th century or even earlier.

Legend in Malay literature of the 17th century, Sulalatus Salatin told Admiral Hang Nadim ordered by Sultan Mahmud to sail to India to get 140 pieces of fabric litter with 40 kinds of flower patterns on each page. Being unable to fulfill that command, he made himself that the fabrics. But unfortunately shipwrecked on the way home and only capable of carrying four pieces that make the emperor was disappointed. By some interpreters, who? litter was interpreted as batik.

In European literature, batik technique was first described in the book History of Java (London, 1817) writings of Sir Thomas Stamford Raffles.He had been a British Governor of Java during Napoleon occupied the Netherlands. In 1873 a Dutch merchant Van Rijekevorsel give a piece of batik, which is obtained during a visit to Indonesia to the Ethnic Museum in Rotterdam and at the beginning of the 19th century batik that was started to reach its golden ages. When exhibited at the Exposition Universelle in Paris in 1900, Indonesian batik riveting public and artists.

Since the industrialization and globalization, which introduces automation techniques, new types emerged batik, known as batik and batik prints, while the traditional batik produced by the technique of handwriting using canting and night is called batik. At the same time, immigrants from Indonesia to Malaya Fellowship also carries batik with them.
Culture batik
Heroine R.A. Kartini and her husband wore batik skirt. Batik motifs used machetes Kartini is a pattern to the nobles

Batik is a craft that has high artistic value and has become part of the culture of Indonesia (especially Java) for a long time. Javanese women in the past made their skills in batik for a living, so in the past batik work is exclusively women's work until the invention of "Batik Cap" which allows the entry of men into the field. There are some exceptions to this phenomenon, namely the coastal batik masculine lines as can be seen in shades of "Mega Chance", which in some coastal areas batik work is common for men.

The tradition of batik was originally a tradition handed down, so sometimes a recognizable motif batik originated from a particular family. Some batik may indicate the status of a person. Even today, some batik motifs tadisional only used by royal families of Yogyakarta and Surakarta.
Cirebon batik motif sea creatures

Batik is an ancestral heritage of Indonesia (Java) that until now still exist.Batik is also first introduced to the world by President Suharto, who was wearing a batik at the UN Conference.
Batik is used to wrap around the body by the dancers dance in the palace Bedhoyo Ketawang Java.
Batik Variety

Batik variety of shades and colors are influenced by various foreign influences. Initially, batik has a variety of shades and colors are limited, and some patterns may only be used by certain circles. However, coastal batik absorb various external influences, such as foreign traders and also in the end, the invaders. Bright colors such as red popularized by the Chinese, who also popularized the style phoenix. European colonial nations are also taking interest in batik, and the results are the patterns that were previously unknown flowers (like tulips) and the objects brought by the colonizers (the building or horse-drawn carriage), including their favorite colors such as blue. Retain traditional batik s type, and is still used in traditional ceremonies, because usually each style has a representation of each.
How to manufacture

Batik was originally made on material with white color made of cotton cloth called. Today the batik is also made on other materials such as silk, polyester, rayon and other synthetic materials. Batik motif formed by the liquid wax by using a tool called a canting for subtle motifs, or large-sized brush for a motive, so that the liquid wax to seep into the fabric fibers.Fabrics that have been painted with wax and then dyed with the desired color, usually starting from the light colors. Immersion and then taken to another motif with color or black older. After some time the coloring process, which has dibatik cloth dipped in chemicals to dissolve the wax. 
Types of batik
Batik-making
According to the technique
Batik is decorated with fabric textures and patterns of batik by hand. Batik making this type takes approximately 2-3 months.
Batik cap is decorated with fabric textures and patterns created with batik cap (usually made of copper). Batik-making process of this type takes approximately 2-3 days.
Batik is the process of making batik painting by painting directly on the white cloth.
According to the origin of manufacture
Javanese Batik
Javanese batik art is a cultural heritage of Indonesia, especially Java-controlled areas of hereditary Javanese. Javanese batik motifs have different. The difference is common motifs that have meaning, the purpose is not only an image but it implies that they can from their ancestors, the religion of animism, dynamism, or Hindus and Buddhists. Javanese batik developed in many areas Solo or commonly referred to as Solo batik.